TUGAS MATEMATIKA
MAKALAH
Disusun
oleh:
ELSA AMALIA
KELAS VIII A
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIAMIS
SMP NEGERI 5 CIAMIS
JL. Jend Sudirman,
No. 76, Ciamis, 46211, Tlp (0265) 771244
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Matematika.
Menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang
konstruktif dan inspiratif dari semua pihak sehingga dapat menambah wawasan dan
sebagai evaluasi diri dalam penyusunan makalah selanjutnya. semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat hususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Ciamis,
Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I OPERASI ALJABAR......................................................................... 1
BAB II RELASI DAN FUNGSI.................................................................... 3
BAB III GRADIEN DAN PERSAMAAN GARIS LURUS........................ 6
BAB IV SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL.................... 9
BAB V TEOREMA PYTHAGORAS............................................................ 11
BAB I
OPERASI ALJABAR
Bentuk-Bentuk
seperti 2a , -5b, x3, 3p + 2qdisebut bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar 2a,2
disebut koefisien, sedangkan a disebutvariabel( peubah ). Bentuk 5x2
+ 13x + 6 disebut bentuk aljabar suku dua atau binom sedangkan bentuk 8x2
– 26xy + 15y2 disebut bentuk aljabar suku tiga atau trinom.
A.
Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta, Dan Suku
1.
Variabel
Variabel
adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan
jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan
huruf kecil a, b, c, … z.
2.
Konstanta
Suku
dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel
disebut konstanta.
3.
Koefisien
Koefisien
pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk
aljabar.
4.
Suku
Suku
adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang
dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
a.
Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi
jumlah atau selisih.
b.
Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi
jumlah atau selisih.
c.
Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi
jumlah atau selisih.
B.
Operasi Bentuk Aljabar
1.
Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan
hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis. Jumlahkan atau kurangkan
koefisien pada suku-suku yang sejenis.
Contoh:
Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar berikut :
b. (2x2 – 3x + 2) + (4x2 – 5x + 1)
Penyelesaian:
b. (2x2 – 3x + 2) + (4x2 – 5x + 1)
= 2x2 – 3x + 2 + 4x2 – 5x + 1
= (2 + 4)x2 + (–3 – 5)x + (2 + 1)
= 6x2 – 8x + 3
Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar berikut :
b. (2x2 – 3x + 2) + (4x2 – 5x + 1)
Penyelesaian:
b. (2x2 – 3x + 2) + (4x2 – 5x + 1)
= 2x2 – 3x + 2 + 4x2 – 5x + 1
= (2 + 4)x2 + (–3 – 5)x + (2 + 1)
= 6x2 – 8x + 3
2.
Perkalian
Perlu
kalian ingat kembali bahwa pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat
distributif perkalian terhadap penjumlahan, yaitu a × (b + c) = (a × b) + (a ×
c) dan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan, yaitu a × (b – c) = (a
× b) – (a × c), untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c. Sifat ini juga berlaku
pada perkalian bentuk aljabar.
Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar
Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar
suku satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut.
k(ax) = kax
k(ax
+ b) = kax + kb
Perkalian
antara dua bentuk aljabar
Sebagaimana
perkalian suatu konstanta dengan bentuk aljabar, untuk menentukan hasil kali
antara dua bentuk aljabar kita dapat memanfaatkan sifat distributif perkalian
terhadap penjumlahan dan sifat distributive perkalian terhadap pengurangan.
Selain
dengan cara tersebut, untuk menentukan hasil kali antara dua bentuk aljabar,
dapat menggunakan cara sebagai berikut. Perhatikan perkalian antara bentuk
aljabar suku dua dengan suku dua berikut.
(ax+b)(cx+d)
= ax × cx + ax × d + b × cx + b × d
=
acx2 + (ad +bc)x + bd
Selain
dengan cara skema seperti di atas, untuk mengalikan bentuk aljabar suku dua
dengan suku dua dapat digunakan sifat distributif seperti uraian berikut.
(ax+b)(cx+d)
= ax(cx +d) + b(cx +d)
=
ax × cx +ax × d + b × cx + b × d
=
acx2 +adx +bcx +bd
=
acx2 +(ad + bc)x + bd
BAB II
RELASI DAN FUNGSI
A.
Relasi
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan
anggota-anggota himpunan A dengan
anggota-anggota
himpunan B.
Contoh :
Empat orang anak
yaitu Ria, Rian, Reni, dan Revi memilih jenis musik yang mereka sukai.
Ternyata:
Ria dan Rian memilih
musik pop.
Rian dan Reni memilih
musik rock.
Rian, Reni, dan Revi
memilih musik jazz.
Jika A = {Ria, Rian, Reni, Revi} dan B = {pop, rock, jazz}, maka dapat dibentuk
relasi (hubungan) antara anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota
himpunan B. Relasi yang tepat dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi
“menyukai”.
Ria dipasangkan dengan pop, berarti Ria menyukai musik pop, Rian dipasangkan
dengan pop, rock, dan jazz, berarti Rian menyukai tiga jenis musik, yaitu musik
pop, rock, dan jazz, Reni dipasangkan dengan rock dan jazz, berarti Reni
menyukai dua jenis musik, yaitu musik rock dan jazz, sedangkan Revi dipasangkan
dengan jazz, berarti Revi menyukai musik pjazz. Relasi terebut dapat
ditunjukkan dengan jelas pada gambar dibawah ini.
1.
Menyatakan Relasi
Relasi
antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan diagram panah, diagram cartesius
dan himpunan pasangan berurutan.
Jika
himpunan A = {Tias, Jamal, Farid, Dika} dan himpunan B = {voli, basket, tenis}.
Terdapat relasi gemar bermain dari himpunan A ke himpunan B.
a.
Diagram Panah
b.
Diagram Cartesius
c.
Himpunan Pasangan
Berurutan.
{(Tias,
Voli), (Jamal, Voli), (Jamal, Basket), (Farid, Voli), (Farid, Basket), (Farid,
Tenis), (Dika, Tenis)}
B.
Fungsi
Fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan
setiap anggota himpunan A(daerah
asal atau domain), dengan tepat satu anggota himpunan B(daerah kawan atau kodomain).
Himpuan nilai yang diperoleh disebut daerah
hasil (range).
1.
Menyatakan Fungsi
Menyatakan
fungsi dalam diagram panah, diagram cartesius, dan pasangan berurutan
a.
Diagram Panah
b.
Diagram Cartesius
c.
Himpunan Pasangan Berurutan
{(1,
3), (2, 0), (3, -3)}
BAB III
GRADIEN DAN PERSAMAAN
GARIS LURUS
A. Gradien
–
Gradien (m) disebut juga kemiringan garis.
–
Bentuk umum persamaan garis lurus y = mx+c , dg m(gradien)
–
Sedangkan pada persamaan garis : ax+by+c = 0 maka gradiennya :
by
= -ax – c
y
= -a/bx – c/b
m(gradient)
= -a/b
B. Hubungan 2 Garis Lurus :
Bila diketahui garis k : y = m1 x + c dan garis l : y = m2 x + d
maka berlaku gradien :
1) m1 = m2 jika garis k sejajar garis l
contoh : gradien sebuah garis yang sejajar dengan 3x + 6y = 8
a = 3 , b = 6
m = -a/b = -3/6 = -1/2 dua garis yg sejajar : m1=m2 , maka m2 = -1/2
2) m1 . m2 = -1 jika garis k tegak lurus
garis l contoh : gradien sebuah garis yang tegak lurus dengan 3x +
6y = 8
a = 3 , b = 6 m = -a/b = -3/6 = -1/2 dua garis yg tegak lurus : m1 .
m2 = -1 , maka m2 = 2
C. Persamaan Garis Lurus
1.
Garis dengan gradien m dan melalui 1 titik
Persamaan garis dengan
gradien m dan melalui sebuah titik (x1,y1), adalah :
y – y1 = m (x – x1)
2.
Persamaan garis yang melalui dua titik
Gradien garis yang
melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) yaitu :
dengan
menggunakan rumus persamaan garis dengan gradient m dan melalui sebuah titik
(x1 , y1),
yaitu y – y1 = m ( x –
x1 ) dapat diperoleh rumus berikut :
y – y1 = m ( x – x1 )
y – y1 =
[(y2-y1)/(x2-x1)] (x – x1)
(y – y1)/(y2-y1) =
(x-x1)/(x2-x1)
Kesimpulan :
Persamaan garis yang
melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) yaitu : (y – y1)/(y2-y1) = (x-x1)/(x2-x1)
D. Hubungan 2 garis lurus
1.
Persamaan garis yang saling sejajar
Tentukan persamaan
garis yang melalui titik (2,3) dan sejajar dengan garis y = 2x – 5
jawab : y = 2x –
5 maka m = 2 m1 = m2 = 2 (karna sejajar)
maka :
y – y1 = m (x-x1)
y – 3 = 2 (x-2)
y = 2x-4+3
y = 2x -1
2. Persamaan garis yang tegak lurus
Tentukan persamaan
garis yang melalui titik (2,3) dan tegak lurus dengan garis y = 2x – 5
jawab : y = 2x –
5 maka m = 2 , karna tegak lurus : m1.m2 = -1 m2 = -1/2
maka persamaan
garisnya :
y – y1 = m (x-x1)
y – 3 = -1/2 (x-2)
y = -1/2 x + 1 + 3
y = -1/2 x + 4
kali 2
2y = -x + 4
2y + x – 4 = 0
3. Persamaan garis yang
berhimpit
Garis-garis
dengan persamaan y = m1x + c1 dan y = m2x + c2 berimpit, jika dan hanya jika m1
= m2 dan c1 = c2 dan secara umum garis dengan persamaan ax+by+c = 0 akan
berhimpit dengan garis px+qy+r = 0 , jika p,q,r masing” merupakan kelipatan
dari a, b, c…
4. Persamaan garis yang berpotongan
Dua
garis akan berpotongan jika memiliki gradien yang tidak sama atau koefisien
dari x , y, dan konstantanya bukan merupakan kelipatan dari koefisien x, y dan
konstanta persamaan garis lainnya.
BAB IV
SISTEM PERSAMAAN LINIER
DUA VARIABEL
A.
Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan
linear dua variabel adalah persamaan yang mengandung dua variabel dimana
pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu.
Bentuk umum persamaan linear dua variabel adalah:
dimana = x dan y adalah variable
B.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem
persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang
mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu penyelesaian. Bentuk
umum sistem persamaan linear dua variabel adalah:
dimana: x dan y disebut variable
a, b, p dan q disebut koefisien
c dan r disebut konstanta
C. Penyelesaian Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
1.
Metode Eliminasi
Pada metode eliminasi, untuk menentukan himpunan
penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel, caranya adalah dengan
menghilangkan (mengeliminasi) salah satu variabel dari sistem persamaan
tersebut. Jika variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus
mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya. Perhatikan bahwa
jika koefisien dari salah satu variabel sama maka kita dapat mengeliminasi atau
menghilangkan salah satu variabel tersebut, untuk selanjutnya menentukan
variabel yang lain.
2.
Metode Substitusi
Metode Substitusi Untuk menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita n yatakan
variabel yang satu ke dalam variabel yang lain dari suatu persamaan, kemudian
menyubstitusikan (menggantikan) variabel itu dalam persamaan yang lainnya.
3.
Metode Gabungan
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
dengan metode gabungan, kita menggabungkan metode eliminasi dan substitusi.
BAB V
TEOREMA PYTHAGORAS
A. Teorema Pythagoras
Pythagoras
menyatakan bahwa : “Untuk setiap segitiga siku-siku berlaku kuadrat panjang
sisi miring (Hipotenusa) sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi siku-sikunya.”
jika
a adalah panjang sisi miring/hipotenusa segitiga, b dan c adalah panjang sisi
siku-siku. Berdasarkan teorema Pythagoras di atas maka diperoleh hubungan:
Dalil pythagoras di atas
dapat diturunkan menjadi:
Catatan : Dalam
menentukan persamaan Pythagoras yang perlu diperhatikan
adalah siapa yang
berkedudukan sebagai hipotenusa/sisi miring.
B. Bukti teorema Pythagoras
Dari gambar (b) diatas, dapat diketahui
bahwa:
Luas persegi besar = Luas persegi miring + luas 4 segitiga
C. Menentukan Jenis Segitiga jika Diketahui Panjang Sisinya dan Tripel
Pythagoras
Kebalikan Dalil Pythagoras
Dalil pythagoras menyatakan bahwa dalam
segitiga ABC, jika sudut A siku-siku maka berlaku
Dalam ∆ ABC, apabila a adalah sisi
dihadapan sudut A, b adalah sisi dihadapan sudut B, dan c adalah sisi di
hadapan sudut C, maka berlaku kebalikan Teorema Pythagoras, yaitu:
Jika
, maka ∆ ABC siku-siku di A.
Jika
maka ∆ ABC siku-siku di B.
Jika
maka ∆ ABC siku-siku di C.
Dengan menggunakan prinsip kebalikan dalil Pythagoras, kita dapat menentukan apakah suatu segitiga merupakan segitiga lancip atau tumpul.
Dengan menggunakan prinsip kebalikan dalil Pythagoras, kita dapat menentukan apakah suatu segitiga merupakan segitiga lancip atau tumpul.
Jika
maka ∆ ABC adalah segitiga
siku-siku.
Jika
, maka ∆ ABC adalah segitiga tumpul.
Jika
, maka ∆ ABC adalah segitiga lancip.
Dimana a adalah sisi terpanjang suatu
segitiga.
jika kalian ingin file docnya silahkan klik disini untuk passwordnya bisa kalian mengirim email ke alamat deymarjr10@gmail.com tidak dipungut biaya kok
No comments:
Post a Comment